Cinta hanya
memikirkan kebahagiaan orang yang dicintai, pengkhianat hanya memikirkan
kebahagiaan dirinya sendiri.
Kedudukan
cinta memang ajaib sekali. Kadang dia cukup memikirkan orang yang dicintai
tanpa memedulikan dirinya sendiri. Mengapa ini bisa terjadi? Alih-alih karena
menurut kekuatan hatinya bahwa kebahagiaan orang yang dicintai merupakan bagian
kebahagiaannya juga. “Kalau dia bahagia, saya pun bahagia”. Demikian ungkapan
yang sering terlontar dari orang yang betul-betul cinta. Kalimat ini bahkan
mampu menjadi pemicu sikap rela. Rela menderita, asal dia bahagia, rela
berpisah asalkan dia bahagia. Tidak ada maksud jelek terselubung yang ada dalam
hatinya. Dia bahagia, aku pun lebih sangat bahagia.
Hal ini tidak berlaku dalam kamus mental pengkhianat. Sebab, baginya yang dipikirkan adalah hanya kebahagiaannya sendiri. Masa bodoh
dengan nasib orang yang katanya dicintai. Kemudian munculah banyak alibi yang dijadikan
pembelaan. Untuk menutupi sekian kesalahan yang dimiliki. Menutupi dari
keinginan yang mungkin membuat kecewa kekasihnya.
Tulisan Terkait