Garis
penghubung antara cinta dan benci adalah ketulusan.
Rasa
cinta dan rasa benci terkadang bisa campur menjadi satu. Begitu membingungkan
serta begitu peliknya liku-liku perasaan. Cinta di salah satu sisi, sementara
benci di sisi lainnya. Tentu seringkali hal ini menimbulkan suasana hati
menjadi syahdu sehingga tanpa sadar air mata menetes sendiri.
Penentu
dari dua sisi perasaan yang berbeda ini adalah ketulusan. Tulus mana,
kecenderungan itu akan menjadi juri terbaik. Jika, tulus cintanya berarti tidak
tulus bencinya. Demikian juga sebaliknya, jika tulus bencinya, maka kadar cinta
yang dimilikinya pun cuma sekedar setipis kulit ari saja.
Jadi,
ketulusanlah yang menjadi garis pemisah. Tulusnya cinta atau tulusnya benci. Hal
ini akan terlihat dari sikap yang ditunjukkan kepada yang dituju cinta dan
bencinya. Uniknya, jika kekuatan antara benci dan cintanya itu seimbang.
Kalaulah demikian
keadaannya, pada masanya, entah itu kapan akan terkuak juga warna jelas garis
itu. Jika tulus cintanya, pasti akan berani mencintai. Bila memang tulus
bencinya, maka akan semakin jauh dari yang dituju, tak ‘kan pernah salah hati menandai
sebuah ketulusan.
Tulisan Terkait