Ilalang yang kering, mudah terbakar. Demikian
pula dengan hati.
Begitu
ngerinya, saat menyaksikan padang ilalang kering yang dilalap oleh kobaran api.
Upaya untuk memadamkan pun terkadang harus penuh dengan perjuangan ekstra. Ilalang
kering, mudah sekali tersulut oleh kehadiran api.
Tidak
jauh beda dengan hati. Hati yang kering, cepat sekali tersulut oleh api. Yah,
api dalam konotasi sesuatu yang negatif tentunya. Tersulut oleh bisikan-bisikan
durjana. Hasad, dengki, dendam serta masih banyak lagi hal ikhwal yang
menggelincirkan hati dalam kondisi kering.
Sebagai
tataran langkah menuju basahnya hati, maka berilah hati dengan siraman-siraman
kalbu, dengan mengarahkan kepada bisikan-bisikan mulia tertuju Kepada-Nya. Dia-lah
yang menggenggam dan menguasai hati. Isilah hati dengan senantiasa mengingat
Karunia-Nya.
Berapa tarikan nafas yang
dihirup secara cuma-cuma? Berapa kali rezeki datang silih berganti, tanpa
kalkulasi? Ini adalah sesuatu yang membuat hati orang basah, takluk tersungkur
dalam sujud. Menghambakan diri kepada Sang Khalik. Hati yang basah, mengundang
air mata penghambaan.
Tulisan Terkait