Cinta itu seperti jagung goreng; kadang crispy,
terkadang juga terasa begitu garing.
Renyahnya
cinta, dirasa begitu menentramkan jiwa. Karena, di sana terdapat sejuta rasa
yang membuat hati dalam terlena. Indahnya, senyumnya, tutur katanya, bahkan
marahnya seakan menjadi sebuah racikan bumbu yang menjadikan crispy.
Tatkala
keadaan seratus delapan puluh derajat terbalik, yang ada justru cinta terasa
begitu garing. Apanya saja garing. Tawanya, candanya, sapanya, apalagi
amarahnya menambah semakin kerontang suasana. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Semua
itu bermuara pada ketulusan cinta seseorang. Tulus itu memberi, menghargai,
mengerti, mendengar, menyapa, melihat segalanya diiringi dengan satu kata “tulus”.
Ketika yang demikian tadi sudah hilang, maka yang tersisa hanyalah tidak
menghargai, tidak mengeri, enggan menyapa, malas mendengar merupakan rangkaian
bumbu perusak cita rasa cinta.
Pandai-pandailah menjaga rasa,
rasa diri dan rasanya. Sebab, rasa ada pada perasaan. Sumber utama cinta adalah
perasaan. Jadi peliharalah dia, jangan porak-porandakan rasa dengan hilangnya
pengertian. Supaya cinta tetaplah crispy.
Tulisan Terkait