Ibadah itu bukan untuk menyenangkan
manusia, tapi untuk menyenangkan Yang Menciptakan Manusia.
Ibadah,
bila sebatas cuma bertujuan ingin menyenangkan manusia belaka, itu adalah jejak
tindakan hina dan nista. Seberapa pun manusia di sekeliling itu menyenanginya,
memujinya, namun tetap saja manusia yang diharapkan tersebut tidak akan pernah
bisa memberi pahala. Tidak akan pernah bisa menyediakan surga.
Apakah
kira-kira cukup dengan mendapatkan rasa senang dipuji oleh manusia belaka? Puaskah
bila melihat manusia senang dengan ibadah kita? Lalu, ada urusan apa hati
senang dan puas bila manusia menyanjung kita? Lantas, dengan prestasi ibadah
kita dielu-elukan, disanjung-sanjung dan dinomorsatukan serta dipergunakan
untuk menduduki sebuah kedudukan terhormat?
Sadarlah,
kembalikan tujuan ibadah hanya untuk Alloh semata. Bila Alloh senang (ridho),
tentu itulah yang dinanti-nanti oleh setiap hamba beriman di dunia ini. Sebab,
hanya Alloh yang punya pahala berlimpah. Cuma Dia yang akan memberi balasan
kita nanti di akhirat. Jangan beri kesempatan kepada selain Alloh untuk ikut
campur dalam urusan pahala. Dipuji atau tidak, ibadah tetap jalan. Karena memang
tidak ada kaitannya dengan pujian tersebut.
Ingat, tuhan kita itu Alloh, bukan
pujian. Jadikan pujian, sanjungan itu hanya sebatas kabar gembira dari Sang
Pencipta, bukan tujuan. Apalagi, sampai tega menduakan Alloh dengan pujian dan
sanjungan, itu sama artinya menganggap dan menjadikan pujian sebagai tuhan! Kita berlindung dari hal yang demikian.
Walaupun hanya sekali, jangan
pernah mengharap pujian itu datang dan dihadirkan dalam bisikan hati kita. Mengharap
saja jangan, apalagi sampai mengemis pujian dari manusia. Kalaupun pujian itu
datang dengan sendirinya, anggaplah itu sebagai kabar gembira dari-Nya. Beristighfar,
kembalikan kepada-Nya dan jangan menjadikannya sebagai alasan untuk sombong.
Lalu-lintas kata hati, sungguh
rumit luar biasa. Bersihkan hati dengan senantiasa memohon ampun atas segala
dosa. Berhati-hati menghadapi sanjungan manusia. Jangan sampai membuat kita
terjerumus dan terjebak dalam syirik kecil. Karena, hanya satu tuhan kita yang
mampu memberi pahala dan Surga, yaitu Alloh Subhanahu Wata’ala.
Tulisan Terkait